Oleh: NANI EFENDI
Pada 2013 ini, “Negeri Tempurung Raksasa”—salah satu julukan Kabupaten Kerinci—kembali menggelar pesta demokrasi, yakni pemilihan umum kepala daerah. Rakyat Kerinci tentunya berharap akan ada perubahan (change) ke arah yang lebih baik yang dihasilkan melalui proses demokrasi itu. Mungkinkah perubahan ke arah yang lebih baik itu akan terwujud? Untuk menjawabnya, maka kita harus melihat seberapa rasional dan demokratiskah proses pemilukada itu dilaksanakan. Di samping itu, yang sangat menentukan hasil pemilukada suatu daerah adalah tingkat kecerdasan para pemilih. Pemilukada DKI baru-baru ini adalah contoh yang bisa kita jadikan referensi. Jika tingkat kecerdasan pemilihnya tinggi, maka hasil dari proses pemilukada itu pun akan baik, yakni akan melahirkan pemimpin yang baik dan berkualitas. Sebaliknya, jika tingkat kecerdasan pemilihnya rendah, maka hasil yang diharapkan pun juga tidak akan memuaskan.
Jangan Tertipu
Masyarakat jangan sampai tertipu dengan politik kotor dan janji manis sang kandidat. Oleh karena itu, untuk menemukan sosok pemimpin yang ideal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, dihindari dan diantisipasi oleh masyarakat. Pertama, politik uang (money politics). Untuk mencapai maksudnya, tidak tertutup kemungkinan di antara kandidat yang akan berkompetisi pada pemilukada Kerinci 2013 ini ada yang menggunakan berbagai cara, termasuk juga dalam hal ini adalah politik uang. Oleh karena itu, masyarakat harus cerdas dan jeli. Jangan pilih kandidat yang menggunakan strategi money politics. Karena, logikanya, kandidat yang telah mengeluarkan uang dalam jumlah besar dalam upaya meraih dukungan, kemungkinan ia akan sulit menghindarkan diri dari prilaku korupsi setelah ia menjabat. Sehingga, cita-cita untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good government) akan sulit untuk dicapai.
Kedua, rekam jejak (track record). Dalam hal rekam jejak, masyarakat harus melihat riwayat atau perjalanan hidup sang kandidat. Yang lebih penting diperhatikan adalah sang calon harus bersih dari prilaku KKN. Menurut pakar Ilmu Pemerintahan, Profesor Ryaas Rasyid, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam menilai calon pemimpin, yakni kompetensi, integritas, dan komitmen. Kompetensi adalah kemampuan intelektual dan profesionalismenya. Sedangkan integritas adalah moral atau akhlak dan kepribadian seseorang. Sementara komitmen adalah sikap istiqomah seorang pemimpin dalam mengemban amanah yang dipercayakan kepadanya. Menurut Ryaas Rasyid, yang paling sulit bagi seseorang dalam memimpin ialah menjaga komitmen. Komitmen ini adalah sejauh mana seseorang itu mampu tetap dalam “satu kata dan perbuatan”. Banyak pemimpin di negeri ini yang tidak teruji dalam hal komitmen. Sebelum terpilih menjadi pemimpin, ia berkomitmen untuk menjalankan amanah dengan baik dan benar. Akan tetapi, setelah memegang jabatan, “godaan” untuk menyalahgunakan kekuasaan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan prilaku-prilaku buruk lainnya sulit ia hindarkan. Dengan demikian, janji manis sewaktu kampanye hanya sebagai alat untuk meninabobokkan masyarakat banyak.
Ketiga, primordialisme. Primordialisme ialah sikap-sikap yang terlalu mengagungkan hal-hal bersifat sukuisme, daerahisme, koncoisme, ikatan kekerabatan, ikatan darah dan keluarga dekat, serta pertimbangan-pertimbangan emosional, irasional, dan subjektif lainnya. Mengamati fenomena kehidupan sosial politik masyarakat Kerinci saat ini yang masih dalam keadaan euphoria (gembira yang luar biasa) dengan adanya kebebasan berpolitik yang diberikan oleh sistem demokrasi di Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru 1998 silam—yang salah satunya berbentuk pemilihan kepala daerah secara langsung—nuansa primordialisme, menurut saya, akan tetap berpengaruh kuat dalam mempengaruhi prilaku pemilih di Pemilukada Kerinci 2013 ini. Di samping itu, kuatnya persatuan-persatuan masyarakat adat yang ada juga akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap primordialisme ini.
Pentingnya Peran Kaum Intelektual
Untuk menghasilkan pemimpin yang baik melalui momentum pilkada, bagaimana dan dari siapa harus memulai? Dalam sejarahnya, perubahan itu tidak pernah dimulai oleh kelompok besar massa rakyat. Perubahan besar yang terjadi di dunia sepanjang sejarah manusia selalu digerakkan oleh komunitas kecil. Komunitas kecil itu contohnya adalah kelompok kecil kaum intelektual, para nabi, cendikiawan, pemikir, atau filosof.
Nah, berpedoman dari itu, maka untuk menciptakan proses Pemilukada Kerinci 2013 yang jujur, bersih, adil (fair), dan demokratis, dibutuhkan peran dari kaum intelektualnya. Kaum intelektual harus berkomitmen dan punya tanggung jawab moral (moral responsibility) untuk membimbing massa rakyat dan menunjuki mereka ke jalan yang benar, bukan sebaliknya, mengelabui rakyat demi political interest atau kepentingan politik pribadi dan golongannya saja. Kaum intelektual yang memahami mana yang baik dan buruk, tetapi berlagak tidak tahu dan menutup mata serta mengingkari nuraninya sendiri demi mengejar kedudukan, jabatan, materi, dan kepentingan pribadinya semata, meminjam istilah Jujun Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu, disebut sebagai “prostitusi atau pelacuran intelektual” (intellectual prostitution).
Oleh karena itu, kaum intelektual, cendikiawan, kaum-kaum terdidik dan tokoh-tokoh masyarakat Kerinci harus memberikan pencerahan (enlightenment) dan pendidikan politik (political education) kepada masyarakat Kerinci secara benar. Kaum terdidik harus memberikan pencerahan dan pemahaman tentang kriteria pemimpin yang baik. Masyarakat tidak boleh ditipu dan dikelabui dengan politik uang, politik kotor maupun isu-isu primordialisme, tetapi harus dijelaskan dengan benar bagaimana pemimpin yang baik itu.
Di antara kriteria pemimpin yang baik itu adalah: jujur atau punya integritas moral, adil, amanah, memiliki kompetensi atau cakap secara intelektual dan profesionalitas, memiliki kemampuan kepemimpinan (leadership) dan manajerial. Dan, yang lebih penting lagi ia harus punya jiwa pengabdian yang tinggi untuk memajukan daerah Kerinci, bukan hanya memikirkan kepentingan pribadi, keluarga, dan konconya saja. Semoga Kerinci mendapatkan pemimpin yang ideal pada Pemilukada 2013 ini.
NANI EFENDI
Pemerhati Masalah Sosial, Tinggal di Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar