Kerinci dan Eforia Kepemimpinan
Rabu, 10 Juli 2013
04.11 //
Pemilihan Kepala
Daerah Kerinci sekarang ini hanya tinggal hitungan hari dan waktu. Masa
depan Kerinci akan menjadi taruhan bagi semua masyarakat Kerinci,
disaat masyarakat harus menentukan dan memutuskan siapa yang akan
melanjutkan kepemimpinan Kerinci ke depan yang diharapkan dapat
mewujudkan impian masyarakat yang sejahtera dan madani.
Untuk menuju masyarakat yang sejahtera dan madani, memang diperlukan suatu proses yang sangat panjang dan tidak mudah. Dalam keberadaan bersama dan kehidupan bermasyarakat dengan orang lain, friksi atau gesekan, perselisihan, tabrakan, pertikaian dan konflik itu merupakan bagian hakiki dari kehidupan manusia yang takkan terelakkan, sekaligus merupakan bentuk demokratisasi dalam menuju harapan itu. Tetapi ketidak- tahuan dan sikap tidak mau tahu justru akan menyeret masyarakat kepada kelabilan emosi, yang nantinya akan menyebabkan melemahnya fungsi kontrol masyarakat terhadap jalannya pemerintahan.
Sangat penting kita ketahui seorang pemimpin mempunyai kesempatan paling banyak untuk melakukan perubahan dan kemajuan bagi masyarakatnya bahkan sebaliknya bisa juga membawa kemunduran. Untuk itu diperlukan suatu objektifitas dan konsistensi masyarakat Kerinci terhadap tujuan yang diinginkan dengan pola tingkah laku yang nyata, sehingga dapat melahirkan suatu komitmen general yang akan dipedomani oleh setiap anggota masyarakat sebagai indikator kepemimpinan dalam menjatuhkan pilihan nantinya. Dengan demikian masyarakat tidak terjebak dalam suatu eforia kepemimpinan yang dapat melahirkan penyesalan di kemudian hari.
Membangun suatu etika politik memang bukanlah hal yang mudah, namun, pembenaran semu dan pengkulturan suatu variabel oleh masyarakat adalah sesuatu yang keliru dan tidak objektif. Untuk itu renungan yang disertai dengan pemahaman teoritik tentang konsep-konsep kepemimpinan adalah stimulasi yang sangat penting bagi masyarakat, sehingga suara yang diberikan benar-benar merupakan geliat api semangat untuk Kerinci ke depan.
Dalam kajian ilmu kepemimpinan, banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan untuk memilih calon pemimpin, sebab pemimpin itu pada umumnya merefleksikan sifat-sifat dan tujuan dari kelompok ditengah masyarakat, pemimpin itu epitome (ringkasan pendek) dari sikap mental kelompoknya saat itu. Sekumpulan orang yang ambisius dan ektrim radikal, akan memilih seorang agitator ultra radikal dan patalogis sebagai pemimpin mereka, pemimpin seperti ini akan menyebar perpecahan, bencana, dan teror ditengah masyarakat. Pemimpin itu tidak di bentuk tetapi di lahirkan, dan seperti apa kualitas seorang pemimpin Kerinci nantinya sangat ditentukan sejauh mana masyarakat menginginkannya. Namun tentunya kita berharap, terjadinya persalinan itu betul-betul atas konsep pemahaman, kesadaran dan alasan yang jelas tanpa adanya interpensi dan tekanan politik. Sehingga siklus kepemimpinan betul-betul dapat menjadi mata rantai bagi perubahan kerinci untuk masa yang akan datang.
Secara singkat kualitas calon pemimpin sangat ditentukan oleh kualifikasi kepemimpinan yang dimilikinya, sebab kualifikasi kepemimpinan itu merupakan pondasi bagi seorang pemimpin, untuk bisa membawanya kearah yang lebih dekat dengan keinginan dan harapan masyarakat. Adapun kualifikasi kepemimpinan yang penulis maksudkan yaitu :
1. Memiliki kemauan untuk memikul tanggung jawab
Hakikinya
tugas kepemimpinan sangatlah berat dan mengandung banyak tekanan serta
tuntutan, untuk itu seorang pribadi yang menerima tugas kepemimpinan
harus mampu meyeimbangkan antara personal power, formal power yang
dimilikinya dengan tuntutan dan tekanan yang merupakan wujud dari
aspirasi dan keinginan masyarakat. Sehingga seorang pemimpin senantiasa
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan dapat mempertanggung jawabkan
setiap perbuatannya.
2. Memiliki kemampuan untuk menjadi perseptif
Seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melihat dan menanggapi realitas
nyata. Untuk itu di perlukan daya persepsi disertai kepekaan yang
tinggi terhadap semua situasi organisansi yang dibawahinya yaitu
mengamati segi-segi kekuatan dan kelemahannya, dengan demikian setiap
sikap dan tingkah lakunya senantiasa dapat dijaga dan diarahkan kepada
kepentingan masyarakat.
3. Kemampuan untuk menanggapi secara objektif
Seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melihat masalah-masalah secara
rasional, inpersonal tanpa prasangka, sehingga memungkinkan pemimpin
mengambil keputusan yang bijaksana, dan melakukan satu seri tindakan
yang konsisten.
4. Kemampuan untuk menetapkan perioritas secara tepat
Seorang
pemimpin harus benar-benar mahir memilih mana bagian yang penting dan
harus didahulukan dan mana yang kurang penting sehingga bisa ditunda
pelaksanaannya. Disamping itu harus mampu memilih keputusan secara
bijaksana dari sekian banyak alternatif dengan tepat, agar harapan
masyarakat dapat terpenuhi dengan baik.
5. Kemampuan untuk berkomunikasi
Seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memberikan informasi dengan
cermat, tepat dan jelas, terbuka menerima informasi dari luar, harus
mampu menjabarkan bahasa policy kedalam bahasa operasional, agar
prasangka, kecemasan, ketegangan bathin, dan konflik-konflik dapat
dihindari.
Mengakhiri
tulisan ini, yang perlu kita dudukkan bahwa masa depan kerinci adalah
tanggung jawab kita semua, terlepas dari siapapun calon pemimpin pilihan
dan yang terpilih nantinya. Yang jelas pemimpin yang kita lahirkan
adalah gambaran tentang tingkat perubahan yang diinginkan oleh
masyarakat Kerinci.
Oleh:
BUKHARI MUALLIM
Dosen Kepemimpinan
0 komentar